Afasia merupakan gangguan bahasa perolehan yang disebabkan oleh cedera otak dan ditandai dengan adanya gangguan pemahaman serta gangguan pengutaraan bahasa lisan maupun tertulis.
Istilah "perolehan" menandakan bahwa gangguan itu timbul dalam masa perkembangan bahasa atau sesudahnya. Afasia pada anak tambah menjadi rumit karena dalam hal ini, kita juga harus memperhatikan fase perkembangan bahasa anak itu pada saat itu. Semakin banyak fase perkembangan bahasa yang dilalui, semakin banyak afasia anak mirip dengan afasia pada orang dewasa.
Afasia merupakan gangguan bahasa. Hal ini mengimplikasikan bahwa daya ingat nonverbal dan pemikiran pada dasarnya masih tetap utuh. Seseorang dapat berfikir, tetapi pengungkapan pemikirannya melalui bahasa terganggu. Gangguan bahasa dapat juga timbul menyertai gangguan lain yang disebabkan oleh cedera otak, seperti misalnya keadaan kacau sesudah koma atau dimensia, tetapi dalam hal ini, gangguannya sekunder (akibat gangguan lain), sedangkan afasia menyangkut bahasa secara primer.
Afasia masih merupakan pengertian yang cukup asing. Seringkali ia timbul secara mendadak, tanpa tanda peringatan. Hal ini mengakibatkan bahwa pasien dan lingkungan sekitarnya sering tidak memahami apa itu afasia. Wulf (1979) menyatakan afasia yang ia alami sendiri merupakan "suatu gangguan menyeramkan" karena meskipun kemampuan bicaranya terganggu, kemampuannya untuk memahami, berfikir dan mengingat masih tetap utuh.
Afasia bukanlah gangguan bicara. Apabila ada gangguan bicara, akibat kerusakan di susunan saraf dengan terganggunya kontrol otot yang meliputi mekanisme bicara, hal ini disebut disartria.
Penderita afasia dapat mendengar orang lain berbicara, tetapi ia mengalami kesulitan untuk memahami mereka. Ia dapat melihat dengan baik huruf buku atau surat kabar, tetapi tidak mengerti apa yang tertera di situ. Afasia bisa sedemikian parah hingga pasien hampir tidak dapat mengatakan atau memahami sesuatupun. Atau mungkin afasia sedemikian ringan, sehingga lingkungannya tidak menyangkanya, tetapi pasien itu sendiri tahu bahwa ia terkadang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat dan tidak lagi menguasai bahasa semudah semula. Lagipula, gangguan ini tandanya tidak jelas. Ada pasien yang sulit berbicara dan menggunakan semacam gaya telegram. Pasien lain berbicara lancar tanpa kesulitan, tetapi bahasanya tidak dapat dipahami oleh pendengarnya, ia menggunakan kata-kata yang memang ada, tetapi dicampur aduk secara aneh. Secara umum, bahasa tertulis-membaca dan menulis lebih terganggu dari pada bahasa lisan. Hal yang sebaliknya pun terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar